By:: http://bdpertiwi.blogspot.com
Jangan Menipu Diri Sendiri, Pasti Kamu Akan Menyesal!
"Orang yang menipu diri, diawalnya akan manis, akan tetapi di akhir pasti akan terasa pahit"
cinta tak harus memiliki? kata siapa...
Setiap manusia pasti akan merasakan hatuh hati, jatuh hati? ya, aku percaya itu. tapi apakah hanya sekedar mengagumi, memandang dan hanya menyukai pesonamu, itu yang juga akan disebut hatuh hati? tak seperti apa yang orang-orang bilang, jatuh hati itu menyenangkan, kita akan mengerti betapa indahnya hidup ini ketika jatuh hati. tapi jika mengagumi seseorang dari jauh, bagiku bahagia itu sederhana. dia. Tio. seseorang yang entah kenapa aku suka saja memandang kearahnya. dan sekarang pun aku masih memandangnya dari sudut kelas sambil pura-pura membaca buku.
"Nesa!!" suara Wina sahabatku membuyarkan lamunan tentang dia "ngeliatin dia lagi? sampai kapan sih kamu betah jadi secret admirer gitu? nda capek apa?"
siapa bilang jadi secret admirer itu nda capek win...
"hehe you know me kan win, yaudalah lagian kan Tio udah punya pacar, ngapain juga sih sok-sok cari perhatian didepan dia? kayak anak SMP yang baru pacaran aja tau!" cibirku. wina terbahak, dan ternyata tawanya bisa menular dan akhirnya kamipun tertawa sesaat dan omongan kami kembali serius.
"eh tapi kan sebelum dia jadian sama Anes, kamu bisa aja dekat sama dia..."
"dekat mah gampang, ah males ah omongan kayak gini, nda mutu lah Win, jodoh itu datang sendiri, nda usah terlalu repot, kayak masa depanmu tinggal besok aja" selaku membalas ocehan Wina.
"ya. cinta tanpa usaha nda bakal sukses"
"yeah let we see" kamu kok bikin bete sih Win...
bukannya aku nda mau have a relationship with someone, tapi menurutku itu belum pas aja, baru juga 17 tahun, rasanya terlalu terburu-buru emangnya lulus SMA langsung dinikahkan gitu? enggak kan, so still waiting the best choose aja deh. witing tresno jalaran suku kulino, nda nyambung sih hehe.
beberapa bulan lagi aku sudah tidak mengenakan seragam putih abu-abu lagi, tidak bangun pagi-pagi lagi, tidak sibuk dengan jadwal-jadwal kegiatan sekolah, ekstrakulikuler, banyak hal yang bakal dikangenin dari sekolah, sudut ruangan, kantin, kelas, tumpukan-tumpukan buku, candaan dan usilan saat tidak ada jam pelajaran dikelas. kalau boleh memilih, aku ingin menghabiskan waktuku hanya dibangku sekolah, huh kalau begitu kau tak akan pernah maju Nesa. dan pastinya aku akan berpisah dengan teman-temanku, dan juga.. Tio. aku mendengar kabar kalo Tio berhasil diterima diperguruan tinggi di Jakarta jurusan sutradara, dengan begitu berarti dia akan meninggalkan kota ini. aku juga mendengar gosip kalo Tio dengan Anes sudah putus, tuh kan bener, ngapain cinta monyet tu nggak bertahan lama, kayak nda ada waktu lagi aja. aku lulus dengan salah satu peraih nilai tertinggi, aku baru sadar kalau perjuanganku belajar selama ini todak sia-sia hehe, hari itu adalah hari kami terakhir bertemu. perpisahan, dimana pertemuan adalah awal dari perpisahan, dan perpisahan adalah awal dari kehidupan yang lebih baik.
"Vanessa!! gilee kamu pintar banget, nda nyesel deh kelas kita punya kamu, wakil nilai tertinggi sesekolah" Wina memelukku hingga aku sesak napas. aku memaksa melepaskan pelukannya.
"Win! nda usah lebay gitu deh, uhuk.. kecekek tau. yaa lagian juga cuma sesekolah kan? kalau se Indonesia baru deh kamu boleh histeris gitu"
"yadeh yadeh, eh nes, the last moment nih, you didn't want say somenthing with him?" tanya Wina
"him? who?" aku bingung
"nda usah pura-pura bodoh! peraih nem tertinggi kok nda peka" Wina mulai bete.
"Tio?"
Wina mengangguk mantap "Prasetio Ramawan"
"oh, nda deh, ya kalo jodoh nda kemana hahaha" jawabku asal
ya, aku memang salah satu peraih nem tertinggi, nilaiku rata-rata 9 jadi ya begitu deh. aku memperhatiin pria berkacamata bingkai hitam yang berdiri didepan papan pengumuman itu terlihat sedang bercanda dengan teman-temannya, tertawa entah sedang menertawakan apa. Prasetio Ramawan, anak bungsu dari dua bersaudara, Kakaknya Ahli Kimia diperusahan minyak, Ayahnya seorang Polisi di Kalimantan, yang membuatnya jarang bertemu dengan ayahnya, Ibunya seorang Psikolog. trus Tio ingin jadi Sutradara? kok nda ada hubungannya ya sama keluarganya yang lain. keluarga yang bewarna. ternyata aku banyak tau juga ya tentang Tio. deg! tatapan kami bertemu, dia menyimpulkan senyum tulus dibibirnya, yang kemudian dibalas senyum canggung olehku. dia menghampiriku, hayo! trus aku harus gimana?
"Vanes, selamat ya!" kata Tio sambil menyodorkan tangan memberi selamat. dia tau namaku. dia tau namaku. DIA TAU NAMAKU! dan dia memanggilku Vanes. wajar, kami kan sekelas. derita secret admirer, baru gitu aja udah kepedean. aku tak mempedulikan uluran tangannya, aku terlalu bingung harus ngapain.
"iya makasih Tio" ucapku canggung
hening.
"mau lanjut kemana Van?"
"aku ambil design interior di ISI yo" ucapku santai, ternyata memecahkan kecanggungan dengan Tio gampang saja. "kamu lanjut Sutradara ya? keren"
"kamu kok bisa tau aku mau lanjut kesana?"
skak!
"ta-u lah, umm Wina pernah bilang sama aku" bohong. aku ngestalk twitter-mu saat kamu mentionan sama teman SMPmu.
"makasih ya Van"
"thankyou for?" aku bingung, sangat bingung. dia hanya memberikan senyuman yang hangat dari tatapannya yang tulus. lalu pergi. pergi entah sampai kapan kita akan bertemu lagi.
pertemuan singkat. perbincangan singkat. tapi harapan yang panjang. itulah hari terakhir kami bertemu. terakhir aku menutup lembaran di SMA. terakhir aku menjadi secret admirer. dan terakhir untuk berhenti mengagumimu.
***
hari ini hari yang dimana aku tidak berseragam lagi. hari dimana aku akan memulai masa-masa menjadi anak kuliahan, kayaknya asik. teman baru, suasanya baru, semuanya baru. Mom menyiapkan semua yang aku butuhkan dihari pertama, aku sudah menolaknya untuk tidak membantu, bayangkan saja! aku kan sudah Kuliah, bukan anak SMA lagi. tapi tak apalah.
hidupku dibangku kuliah berjalan dengan sangat lancar. oh iya, Wina sekolah Finance di Australia, mau ngelanjutin usaha Ayahnya katanya, jadilah aku disini tanpa Wina bawel disampingku. aku sama Tio juga sering kirim e-mail. what a beautiful day. seperti sekarang, aku lagi skype-an dengan Tio. tugas kuliah Tio lebih berat dari pada aku, refrensinya bahkan harus dicari sampai ke Bandung, yang harus membuatnya bolak balik Jakarta Bandung. aku tidak pernah ingin untuk mengunjungi kota Metropolitan itu, ya belum tertarik lebih tepatnya.
end chat with Tio.
"asiknya, makin hari makin ada kemajuan nih, mana secret admirer yang sering kamu ceritain dulu?" jail Leo. ya Leo, sahabatku yang aku punya sekarang. anak arsitektur yang bisa bergaul sama siapa saja. kenapa aku bisa kenal dengan dia? karena ada beberapa tugas yang aku punya ada kaitannya dengan dunia arsitektur, dan seperti yang aku bilang tadi, Leo mudah bergaul dengan siapa aja, jadi beginilah aku sekarang, berteman dengan Leo. bersahabat sih. aku juga ngenalin Wina dengan Leo, guess what? mereka langsung cepat akrab. oh iya, Wina dapat bule Australia, ngeri juga tuh anak, baru beberapa tahun juga.
from: Tio
Send: Vanes
aku lusa pulang ke Jogja. see u...
***
aku makin sibuk. sibuk banget. aku harus menyelesaikan tugas akhirku.
jangankan untuk bermain main, untuk tidur saja aku tak punya waktu. Leo
pun begitu, walau dia sudah lulus dan memiliki banyak client, kami tetap
bertukar pikiran tentang rancangan-rancangan dan design yang ada
dipikiran kami masing-masing. sampai pada akhirnya aku mendapatkan gelar
S1. aku senang, sangat senang, Leo yang satu angkatan diatasku tentunya
sudah tidak perlu lagi mengutak atik rancangan dan membawa kesana
kemari untuk dilihatkan kepada dosen pembimbing.
"ini bagus loh rancangannya, dibagian teras ada sedikit kolam kecil,
diruang keluarga ada miniatur air mancur, tapi tetap ada sisi elegannya,
dibagian belakang ada mini garden, disitulah biasnya keluarga lebih
banyak menghabiskan waktunya bersama" tutur Leo menjelaskan segalau
detail bentuk dan rancangan rumah yang dia buat digulungan karton
miliknya, aku memperhatikan hampir tanpa kedip.
"Le? ini... aku suka rancangan seperti ini. suatu saat, mungkin nanti, aku sesalu berandai memiliki rancangan rumah seperti ini. ya, suatu saat" aku jujur.
"justru itu, kenapa aku buat ini? agar kita bisa memiliki rumah ini bersama-sama. marry me" tatapan itu tulus, teduh. sama seperti aku bertemunya ketika pertama kali meminta bantuan untuk membuat tugas. Leo sahabatku...
"apa kita akan tetap seperti ini jika aku menerima tawaranmu?" tanyaku.
"tidak. aku akan melakukan lebih daripada ini, sebagai kekasih yang menghabiskan sisa usianya bersama pilihannya; kamu"
"Leo? sejak kapan kau pintar mebuat kata-kata?"
"sejak aku memutuskan untuk memilikimu seutuhnya"
Leoku...
from: Vanes
send: Tio
ketemuan yok. aku mau cerita
***
"sory sory, telat lama ya? maaf" ucapku asal, aku langsung duduk. dia yang hanya tenang sambil tersenyum memperhatikanku.
"it's okay. aku pesanin Frappuccino ya" dia berlalu dan balik membawa pesananku, pesannannya sih, karna aku belum memutuskan.
"good choose, kok tau aku suka ini?" tanyaku sambil menikmati minuman berkafein ini. dia hanya senyum, lagi lagi senyum. arti senyumnya itu apasih?
"aku mau ngomong sesuatu"
"aku mau cerita" kami mengucapkan kata-kata itu secara bersamaan, kemudian tertawa.
"kamu aja yang ngomong deluan" ucapku mengalah, penasaran juga sih apa yang mau dibicarainnya.
hening
" aku tahu kamu suka memperhatikan aku waktu SMA dulu, aku tahu kamu
mencari-cari informasi, menjadi stalker apapun itu tentangku" jujurnya. aku speechless. "apa
namanya itu? secret admirer, aku merasa jika ada seseorang, ada gadis,
ada teman sekelasku yang menjadi secret admirerku, bahkan ketika aku
memiliki kekasihpun, dia masih menjadi secret admirerku. tapi mengapa
dia tidak jujur saja ya tentang perasaannya?" kali ini dia menggunakan sudut pandang yang berbeda
" dia hanya kurang pede, menurutku dia punya prinsip tentang
cintanya, bahwa memiliki hubungan status di masa sekolah itu hanya
harapan semu. ya, aku juga percaya itu. saat pengumuman kelulusan, aku
berusaha mendatanginya dan mengucapkan terimakasih kepadanya, karena
apa?"
karena apa Yo karna apa?
"karena ada orang tulus yang berani menyimpan perasaannya untuk orang
seperti aku, apakah kamu masih memiliki perasaan itu Van?" tanya Tio
hening
hening
hening
"Vanessa?"
"itu cuma rasa kagum Yo, buka cinta. itupun juga dulu" jawabku jujur. aku bisa melihat perubahan air muka Tio.
"i love you Van. would you be..."
"thankyou, sorry i can't i will married three month again"
"penyesalan memang datang terakhir. salahnya manusia adalah; menyia-nyiakan kesempatan yang telah ada, sehingga berujung penyesalan" - @dessypertiwi