Sabtu, 08 Maret 2014

Sebelum semuanya terlambat. dan kau akan menyesal.

By:: http://bdpertiwi.blogspot.com

Jangan Menipu Diri Sendiri, Pasti Kamu Akan Menyesal!

"Orang yang menipu diri, diawalnya akan manis, akan tetapi di akhir pasti akan terasa pahit"

 perasaan sesorang, hari ini, besok, atau lusa, tidaklah sama. maka dari itu, ungkapkan lah sebelum kau terlambat.

cinta tak harus memiliki? kata siapa...

Setiap manusia pasti akan merasakan hatuh hati, jatuh hati? ya, aku percaya itu. tapi apakah hanya sekedar mengagumi, memandang dan hanya menyukai pesonamu, itu yang juga akan disebut hatuh hati? tak seperti apa yang orang-orang bilang, jatuh hati itu menyenangkan, kita akan mengerti betapa indahnya hidup ini ketika jatuh hati. tapi jika mengagumi seseorang dari jauh, bagiku bahagia itu sederhana. dia. Tio. seseorang yang entah kenapa aku suka saja memandang kearahnya. dan sekarang pun aku masih memandangnya dari sudut kelas sambil pura-pura membaca buku.


"Nesa!!" suara Wina sahabatku membuyarkan lamunan tentang dia "ngeliatin dia lagi? sampai kapan sih kamu betah jadi secret admirer gitu? nda capek apa?"

 siapa bilang jadi secret admirer itu nda capek win...

"hehe you know me kan win, yaudalah lagian kan Tio udah punya pacar, ngapain juga sih sok-sok cari perhatian didepan dia? kayak anak SMP yang baru pacaran aja tau!" cibirku. wina terbahak, dan ternyata tawanya bisa menular dan akhirnya kamipun tertawa sesaat dan omongan kami kembali serius.
"eh tapi kan sebelum dia jadian sama Anes, kamu bisa aja dekat sama dia..."
"dekat mah gampang, ah males ah omongan kayak gini, nda mutu lah Win, jodoh itu datang sendiri, nda usah terlalu repot, kayak masa depanmu tinggal besok aja" selaku membalas ocehan Wina.
"ya. cinta tanpa usaha nda bakal sukses" 
"yeah let we see" kamu kok bikin bete sih Win...

bukannya aku nda mau have a relationship with someone, tapi menurutku itu belum pas aja, baru juga 17 tahun, rasanya terlalu terburu-buru emangnya lulus SMA langsung dinikahkan gitu? enggak kan, so still waiting the best choose aja deh. witing tresno jalaran suku kulino, nda nyambung sih hehe.

beberapa bulan lagi aku sudah tidak mengenakan seragam putih abu-abu lagi, tidak bangun pagi-pagi lagi, tidak sibuk dengan jadwal-jadwal kegiatan sekolah, ekstrakulikuler, banyak hal yang bakal dikangenin dari sekolah, sudut ruangan, kantin, kelas, tumpukan-tumpukan buku, candaan dan usilan saat tidak ada jam pelajaran dikelas. kalau boleh memilih, aku ingin menghabiskan waktuku hanya dibangku sekolah, huh kalau begitu kau tak akan pernah maju Nesa. dan pastinya aku akan berpisah dengan teman-temanku, dan juga.. Tio. aku mendengar kabar kalo Tio berhasil diterima diperguruan tinggi di Jakarta jurusan sutradara, dengan begitu berarti dia akan meninggalkan kota ini. aku juga mendengar gosip kalo Tio dengan Anes sudah putus, tuh kan bener, ngapain cinta monyet tu nggak bertahan lama, kayak nda ada waktu lagi aja. aku lulus dengan salah satu peraih nilai tertinggi, aku baru sadar kalau perjuanganku belajar selama ini todak sia-sia hehe, hari itu adalah hari kami terakhir bertemu. perpisahan, dimana pertemuan adalah awal dari perpisahan, dan perpisahan adalah awal dari kehidupan yang lebih baik.

"Vanessa!! gilee kamu pintar banget, nda nyesel deh kelas kita punya kamu, wakil nilai tertinggi sesekolah" Wina memelukku hingga aku sesak napas. aku memaksa melepaskan pelukannya.
"Win! nda usah lebay gitu deh, uhuk.. kecekek tau. yaa lagian juga cuma sesekolah kan? kalau se Indonesia baru deh kamu boleh histeris gitu" 
"yadeh yadeh, eh nes, the last moment nih, you didn't want say somenthing with him?" tanya Wina
"him? who?" aku bingung
"nda usah pura-pura bodoh! peraih nem tertinggi kok nda peka" Wina mulai bete.
"Tio?"
Wina mengangguk mantap "Prasetio Ramawan"
"oh, nda deh, ya kalo jodoh nda kemana hahaha" jawabku asal

ya, aku memang salah satu peraih nem tertinggi, nilaiku rata-rata 9 jadi ya begitu deh. aku memperhatiin pria berkacamata bingkai hitam yang berdiri didepan papan pengumuman itu terlihat sedang bercanda dengan teman-temannya, tertawa entah sedang menertawakan apa. Prasetio Ramawan, anak bungsu dari dua bersaudara, Kakaknya Ahli Kimia diperusahan minyak, Ayahnya seorang Polisi di Kalimantan, yang membuatnya jarang bertemu dengan ayahnya, Ibunya seorang Psikolog. trus Tio ingin jadi Sutradara? kok nda ada hubungannya ya sama keluarganya yang lain. keluarga yang bewarna. ternyata aku banyak tau juga ya tentang Tio. deg! tatapan kami bertemu, dia menyimpulkan senyum tulus dibibirnya, yang kemudian dibalas senyum canggung olehku. dia menghampiriku, hayo! trus aku harus gimana?

"Vanes, selamat ya!" kata Tio sambil menyodorkan tangan memberi selamat. dia tau namaku. dia tau namaku. DIA TAU NAMAKU! dan dia memanggilku Vanes. wajar, kami kan sekelas. derita secret admirer, baru gitu aja udah kepedean. aku tak mempedulikan uluran tangannya, aku terlalu bingung harus ngapain.
"iya makasih Tio" ucapku canggung
hening.
"mau lanjut kemana Van?"
"aku ambil design interior di ISI yo" ucapku santai, ternyata memecahkan kecanggungan dengan Tio gampang saja. "kamu lanjut Sutradara ya? keren"
"kamu kok bisa tau aku mau lanjut kesana?"
skak!
"ta-u lah, umm Wina pernah bilang sama aku" bohong. aku ngestalk twitter-mu saat kamu mentionan sama teman SMPmu.
"makasih ya Van"
"thankyou for?" aku bingung, sangat bingung. dia hanya memberikan senyuman yang hangat dari tatapannya yang tulus. lalu pergi. pergi entah sampai kapan kita akan bertemu lagi.

pertemuan singkat. perbincangan singkat. tapi harapan yang panjang. itulah hari terakhir kami bertemu. terakhir aku menutup lembaran di SMA. terakhir aku menjadi secret admirer. dan terakhir untuk berhenti mengagumimu.

***

hari ini hari yang dimana aku tidak berseragam lagi. hari dimana aku akan memulai masa-masa menjadi anak kuliahan, kayaknya asik. teman baru, suasanya baru, semuanya baru. Mom menyiapkan semua yang aku butuhkan dihari pertama, aku sudah menolaknya untuk tidak membantu, bayangkan saja! aku kan sudah Kuliah, bukan anak SMA lagi. tapi tak apalah.

hidupku dibangku kuliah berjalan dengan sangat lancar. oh iya, Wina sekolah Finance di Australia, mau ngelanjutin usaha Ayahnya katanya, jadilah aku disini tanpa Wina bawel disampingku. aku sama Tio juga sering kirim e-mail. what a beautiful day.  seperti sekarang, aku lagi skype-an dengan Tio. tugas kuliah Tio lebih berat dari pada aku, refrensinya bahkan harus dicari sampai ke Bandung, yang harus membuatnya bolak balik Jakarta Bandung. aku tidak pernah ingin untuk mengunjungi kota Metropolitan itu, ya belum tertarik lebih tepatnya.

end chat with Tio.

"asiknya, makin hari makin ada kemajuan nih, mana secret admirer yang sering kamu ceritain dulu?"  jail Leo. ya Leo, sahabatku yang aku punya sekarang. anak arsitektur yang bisa bergaul sama siapa saja. kenapa aku bisa kenal dengan dia? karena ada beberapa tugas yang aku punya ada kaitannya dengan dunia arsitektur, dan seperti yang aku bilang tadi, Leo mudah bergaul dengan siapa aja, jadi beginilah aku sekarang, berteman dengan Leo. bersahabat sih. aku juga ngenalin Wina dengan Leo, guess what? mereka langsung cepat akrab. oh iya, Wina dapat bule Australia, ngeri juga tuh anak, baru beberapa tahun juga.

from: Tio

Send: Vanes


aku lusa pulang ke Jogja. see u...

***

aku makin sibuk. sibuk banget. aku harus menyelesaikan tugas akhirku. jangankan untuk bermain main, untuk tidur saja aku tak punya waktu. Leo pun begitu, walau dia sudah lulus dan memiliki banyak client, kami tetap bertukar pikiran tentang rancangan-rancangan dan design yang ada dipikiran kami masing-masing. sampai pada akhirnya aku mendapatkan gelar S1. aku senang, sangat senang, Leo yang satu angkatan diatasku tentunya sudah tidak perlu lagi mengutak atik rancangan dan membawa kesana kemari untuk dilihatkan kepada dosen pembimbing.
"ini bagus loh rancangannya, dibagian teras ada sedikit kolam kecil, diruang keluarga ada miniatur air mancur, tapi tetap ada sisi elegannya, dibagian belakang ada mini garden, disitulah biasnya keluarga lebih banyak menghabiskan waktunya bersama" tutur Leo menjelaskan segalau detail bentuk dan rancangan rumah yang dia buat digulungan karton miliknya, aku memperhatikan hampir tanpa kedip.
"Le? ini... aku suka rancangan seperti ini. suatu saat, mungkin nanti, aku sesalu berandai memiliki rancangan rumah seperti ini. ya, suatu saat" aku jujur.
"justru itu, kenapa aku buat ini? agar kita bisa memiliki rumah ini bersama-sama. marry me" tatapan itu tulus, teduh. sama seperti aku bertemunya ketika pertama kali meminta bantuan untuk membuat tugas. Leo sahabatku...
"apa kita akan tetap seperti ini jika aku menerima tawaranmu?" tanyaku.
"tidak. aku akan melakukan lebih daripada ini, sebagai kekasih yang menghabiskan sisa usianya bersama pilihannya; kamu" 
"Leo? sejak kapan kau pintar mebuat kata-kata?"
"sejak aku memutuskan untuk memilikimu seutuhnya"  
Leoku...

from: Vanes

send: Tio

ketemuan yok. aku mau cerita

***

"sory sory, telat lama ya? maaf" ucapku asal, aku langsung duduk. dia yang hanya tenang sambil tersenyum memperhatikanku.
"it's okay. aku pesanin Frappuccino ya" dia berlalu dan balik membawa pesananku, pesannannya sih, karna aku belum memutuskan.
"good choose, kok tau aku suka ini?" tanyaku sambil menikmati minuman berkafein ini. dia hanya senyum, lagi lagi senyum. arti senyumnya itu apasih?

"aku mau ngomong sesuatu"
"aku mau cerita" kami mengucapkan kata-kata itu secara bersamaan, kemudian tertawa.
"kamu aja yang ngomong deluan" ucapku mengalah, penasaran juga sih apa yang mau dibicarainnya.
hening
" aku tahu kamu suka memperhatikan aku waktu SMA dulu, aku tahu kamu mencari-cari informasi, menjadi stalker apapun itu tentangku" jujurnya. aku speechless. "apa namanya itu? secret admirer, aku merasa jika ada seseorang, ada gadis, ada teman sekelasku yang menjadi secret admirerku, bahkan ketika aku memiliki kekasihpun, dia masih menjadi secret admirerku. tapi mengapa dia tidak jujur saja ya tentang perasaannya?" kali ini dia menggunakan sudut pandang yang berbeda 
" dia hanya kurang pede, menurutku dia punya prinsip tentang cintanya, bahwa memiliki hubungan status di masa sekolah itu hanya harapan semu. ya, aku juga percaya itu. saat pengumuman kelulusan, aku berusaha mendatanginya dan mengucapkan terimakasih kepadanya, karena apa?"
karena apa Yo karna apa?
"karena ada orang tulus yang berani menyimpan perasaannya untuk orang seperti aku, apakah kamu masih memiliki perasaan itu Van?" tanya Tio
hening
hening
hening
"Vanessa?" 
"itu cuma rasa kagum Yo, buka cinta. itupun juga dulu" jawabku jujur. aku bisa melihat perubahan air muka Tio.
"i love you Van. would you be..."
"thankyou, sorry i can't i will married three month again" 
                                                                                 ***

"penyesalan memang datang terakhir. salahnya manusia adalah; menyia-nyiakan kesempatan yang telah ada, sehingga berujung penyesalan" - @dessypertiwi

Rabu, 05 Maret 2014

Yeeeeeeeeaaaaaaaaaaaaaaaaa~

Dan aku sebenarnya hanya manusia biasa..
Rasa sakit dapat menghujam begitu hebatnya
menyisakan sedikit harapan namun tak bertuan..

Aku tidak berharap aku sempurna, dan aku menyukai diriku yang seperti ini
aku mencintai hidupku, mencintai segala kegiatanku, mencintai mereka semua yang berada disekelilingku.
teorinya, ketika seseorang menghargai kehidupannya apa adanya,, dia merupakan orang paling bahagia di dunia.
Itu teori seorang motivator mungkin. tapi apakah ada yang menyadari bahwa dibalik penghargaan terhadap kehidupan, seseorang mungkin saja merasakan "JENUH"
dan ketika rasa jenuh itu muncul, beribu pertanyaan kemudian berkecamuk di pikiranmu.
"Sampai Kapan?"
aku bahagia, ya. aku mencintai hidupku, ya. dan ketika masalah itu datang aku menganggap itu sebagai batu loncatanku untuk menjadi lebih baik, ya. aku akan selalu mendahulukan pikiran positifku, ya. tapi sampai kapan? aku merasa terlihat lemah di mata orang lain. karena menerima segala sesuatunya dengan apa adanya. itukah? aku salah cara dan itu memang benar. aku salah mengartikan kata menerima. 

semua orang mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. dan setiap kali aku merasa kekurangan aku akan berfikir bahwa masih banyak orang diluar sana yang bahkan tidak dapat merasakan apa yang aku rasakan. tapi kejenuhan itu seringkali datang seperti hantu yang mengganggu keseharianku. aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa, sesuatunya menjadi salah dan tidak tepat. 

Egoku tinggi dan itu aku akui, kekecewaanku terhadap orang-orang disekitar akan sangat terlihat ketika mereka tidak sesuai dengan harapanku. mereka seakan menyakitiku perlahan. hanya karena mereka tahu aku bukan orang yang akan bertindak jauh. mereka meminta maaf, dan aku akan tersenyum. itu berulang, kata maaf menjadi tidak berarti dimataku. semua orang dapat mengucapkan kata maaf semudah itu dihadapanku. meminta maaf atas sesuatu yang mereka tahu, mereka akan mengulangi kesalahan itu lagi. bukankah itu tidak adil? aku menghargai mereka, aku menghormati mereka, tidak pantaskah aku untuk menginginkan mereka sedikit saja mengerti diriku? 

kehidupan tiba-tiba menbuatku muak. aku tertawa tapi entah itu tawa apa. dan yang kulakukan sepanjang hari adalah diam di kamar dan sendiri. Saat itu kesendirian jauh lebih menenangkan. Pada akhirnya, aku merasa teramat sangat kesepian, dengan bodohnya akhirnya aku mengakui aku membutuhkan mereka lebih dari apapun. seburuk apapun itu, aku membutuhkan mereka semua. walaupun dengan kesalahan yang terulang, aku membutuhkan mereka. butuh dan ingin sesuatu yang berbeda,, aku membutuhkan mereka, dan aku menginginkan mereka semua.

Jenuh membuat manusia merasa bahwa kehidupan akan jauh lebih baik ketika kita sendiri. Pada kenyataannya, sejenuh apapun itu, manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Dan kembali lagi, aku hanya manusia biasa. Melakukan kesalahan dan terus hidup. Melanjutkan segala sesuatunya seakan mencari harta berharga di hari esok. 

Bohong ketika aku bilang aku independen, buktinya,, sama seperti bendera. tidak akan berdiri di langit tanpa tiang penyangga. dan aku tidak akan pernah dapat hidup tanpa ada orang lain yang menemani.

Sabtu, 01 Maret 2014

See You Next Time ({})


Aku terbangun, jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 4.00 dan ku tatap layar handphone-ku cukup lama, aku masih mengira bahwa mungkin di saat aku tertidur kau mengirim pesan padaku seperti biasanya, namun ternyata tidak. Ku tatap sekeliling ruang kamarku, masih tertata sama seperti sebelumnya meskipun letak ranjang tidur ku rubah tapi terlihat tetap biasa saja. Aku masih bernafas, jantungku masih berdetak, sarafku masih bekerja dengan normal. Semua masih sama, namun apakah sama dengan yang dirasakan oleh hati ini? Ku rasakan dinginnya pagi ini menusuk tulangku. Ku tarik selimutku untuk menghangatkan tubuhku, namun tetap tak ku temukan kehangatan. Aku justru tenggelam dalam kenanganku bersamanya yang masih sangat membekas dan melekat di hati ini. Aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering ku kejar. Sungguh aku tak pernah ingin mengingat kenangan itu lagi. Rasanya aku ingin mengingatkan padamu, tak semua yang baru bisa menciptakan kebahagiaan, tak semua yang baru selalu lebih baik dari yang lama, dan tak semua kenangan di masa lalu adalah kepedihan. Aku percaya pada hal itu, sampai pada akhirnya kita berpisah. Aku melepaskan diriku dari perasaan cinta yang sebenarnya sulit aku hentikan, dari hubungan yang tak pernah ingin aku akhiri. Perpisahan kita awalnya terkesan seperti putus nyambung kita sebelumnya, yang tak pernah benar-benar serius. Sampai aku merasa, apakah kita benar-benar telah berpisah? Namun aku melihatmu menjalani semua ini dengan begitu mudah, hingga aku menjadi ragu akan kata-katamu dulu. Cinta yang dulunya menjadi alasan utama kita bersama, kini menjadi sesuatu yang semu. Kesemuan itu mendekatkan kita, menyatukan kita dalam rasa yang katanya cinta. Ku jalani hari-hariku bersamamu dan aku bahagia. Bahagia? Benarkah? Jika memang kebahagiaan itu tercipta di saat kita bersama, mengapa mereka menganggap kebersamaan kita akan memperburuk keadaan? Jika canda dan tawa itu hadir di saat kita menjalani hari-hari bersana, mengapa kita memilih berpisah sebagai jalan keluar? Dan mengapa aku dan kamu masih bertanya-tanya..kepada Allah SWT dan kepada hati kita masing-masing? Aku masih merasa gelisah dan mengkhawatirkan dirimu, bahkan aku masih sering mencari-cari kabar tentangmu secara diam-diam. Dan aku masih merasa sakit saat tau sudah ada yang mengisi kekosongan hatimu. Memang, tak seharusnya aku merasa seperti itu karna dirimu adalah masa lalu dan itu sudah menjadi hak mu dan bukan menjadi urusanku. Di saat seperti inilah aku mulai goyah, apakah keputusanku untuk menjauhimu adalah salah. Kini aku hanya bisa mendoakan bahagiamu. Sudah tak terhitung berapa frasa kata yang terucap dalam doaku untukmu. Salahku yang terlalu perasa dan terlalu berharap pada dirimu dan pada kita. Namun kenangan-kenangan itu masih tetap memiliki tempat tersendiri di sudut hati ini yang sedang berusaha menatap ke depan dan meraih impian. Hidupku memang berbeda tanpa adanya dirimu, Aku masih berjuang melupakan sosokmu yang tak bisa lagi ku genggam jemari tanganmu. Semoga kau tetap mempesona dengan lakumu yang sederhana. Tetaplah berprestasi dan menjadi yang terbaik. Sampai bertemu kembali, temui takdirmu, temui aku.. *jika takdirmu memang bersamaku

Sabtu, 08 Maret 2014

Sebelum semuanya terlambat. dan kau akan menyesal.

By:: http://bdpertiwi.blogspot.com

Jangan Menipu Diri Sendiri, Pasti Kamu Akan Menyesal!

"Orang yang menipu diri, diawalnya akan manis, akan tetapi di akhir pasti akan terasa pahit"

 perasaan sesorang, hari ini, besok, atau lusa, tidaklah sama. maka dari itu, ungkapkan lah sebelum kau terlambat.

cinta tak harus memiliki? kata siapa...

Setiap manusia pasti akan merasakan hatuh hati, jatuh hati? ya, aku percaya itu. tapi apakah hanya sekedar mengagumi, memandang dan hanya menyukai pesonamu, itu yang juga akan disebut hatuh hati? tak seperti apa yang orang-orang bilang, jatuh hati itu menyenangkan, kita akan mengerti betapa indahnya hidup ini ketika jatuh hati. tapi jika mengagumi seseorang dari jauh, bagiku bahagia itu sederhana. dia. Tio. seseorang yang entah kenapa aku suka saja memandang kearahnya. dan sekarang pun aku masih memandangnya dari sudut kelas sambil pura-pura membaca buku.


"Nesa!!" suara Wina sahabatku membuyarkan lamunan tentang dia "ngeliatin dia lagi? sampai kapan sih kamu betah jadi secret admirer gitu? nda capek apa?"

 siapa bilang jadi secret admirer itu nda capek win...

"hehe you know me kan win, yaudalah lagian kan Tio udah punya pacar, ngapain juga sih sok-sok cari perhatian didepan dia? kayak anak SMP yang baru pacaran aja tau!" cibirku. wina terbahak, dan ternyata tawanya bisa menular dan akhirnya kamipun tertawa sesaat dan omongan kami kembali serius.
"eh tapi kan sebelum dia jadian sama Anes, kamu bisa aja dekat sama dia..."
"dekat mah gampang, ah males ah omongan kayak gini, nda mutu lah Win, jodoh itu datang sendiri, nda usah terlalu repot, kayak masa depanmu tinggal besok aja" selaku membalas ocehan Wina.
"ya. cinta tanpa usaha nda bakal sukses" 
"yeah let we see" kamu kok bikin bete sih Win...

bukannya aku nda mau have a relationship with someone, tapi menurutku itu belum pas aja, baru juga 17 tahun, rasanya terlalu terburu-buru emangnya lulus SMA langsung dinikahkan gitu? enggak kan, so still waiting the best choose aja deh. witing tresno jalaran suku kulino, nda nyambung sih hehe.

beberapa bulan lagi aku sudah tidak mengenakan seragam putih abu-abu lagi, tidak bangun pagi-pagi lagi, tidak sibuk dengan jadwal-jadwal kegiatan sekolah, ekstrakulikuler, banyak hal yang bakal dikangenin dari sekolah, sudut ruangan, kantin, kelas, tumpukan-tumpukan buku, candaan dan usilan saat tidak ada jam pelajaran dikelas. kalau boleh memilih, aku ingin menghabiskan waktuku hanya dibangku sekolah, huh kalau begitu kau tak akan pernah maju Nesa. dan pastinya aku akan berpisah dengan teman-temanku, dan juga.. Tio. aku mendengar kabar kalo Tio berhasil diterima diperguruan tinggi di Jakarta jurusan sutradara, dengan begitu berarti dia akan meninggalkan kota ini. aku juga mendengar gosip kalo Tio dengan Anes sudah putus, tuh kan bener, ngapain cinta monyet tu nggak bertahan lama, kayak nda ada waktu lagi aja. aku lulus dengan salah satu peraih nilai tertinggi, aku baru sadar kalau perjuanganku belajar selama ini todak sia-sia hehe, hari itu adalah hari kami terakhir bertemu. perpisahan, dimana pertemuan adalah awal dari perpisahan, dan perpisahan adalah awal dari kehidupan yang lebih baik.

"Vanessa!! gilee kamu pintar banget, nda nyesel deh kelas kita punya kamu, wakil nilai tertinggi sesekolah" Wina memelukku hingga aku sesak napas. aku memaksa melepaskan pelukannya.
"Win! nda usah lebay gitu deh, uhuk.. kecekek tau. yaa lagian juga cuma sesekolah kan? kalau se Indonesia baru deh kamu boleh histeris gitu" 
"yadeh yadeh, eh nes, the last moment nih, you didn't want say somenthing with him?" tanya Wina
"him? who?" aku bingung
"nda usah pura-pura bodoh! peraih nem tertinggi kok nda peka" Wina mulai bete.
"Tio?"
Wina mengangguk mantap "Prasetio Ramawan"
"oh, nda deh, ya kalo jodoh nda kemana hahaha" jawabku asal

ya, aku memang salah satu peraih nem tertinggi, nilaiku rata-rata 9 jadi ya begitu deh. aku memperhatiin pria berkacamata bingkai hitam yang berdiri didepan papan pengumuman itu terlihat sedang bercanda dengan teman-temannya, tertawa entah sedang menertawakan apa. Prasetio Ramawan, anak bungsu dari dua bersaudara, Kakaknya Ahli Kimia diperusahan minyak, Ayahnya seorang Polisi di Kalimantan, yang membuatnya jarang bertemu dengan ayahnya, Ibunya seorang Psikolog. trus Tio ingin jadi Sutradara? kok nda ada hubungannya ya sama keluarganya yang lain. keluarga yang bewarna. ternyata aku banyak tau juga ya tentang Tio. deg! tatapan kami bertemu, dia menyimpulkan senyum tulus dibibirnya, yang kemudian dibalas senyum canggung olehku. dia menghampiriku, hayo! trus aku harus gimana?

"Vanes, selamat ya!" kata Tio sambil menyodorkan tangan memberi selamat. dia tau namaku. dia tau namaku. DIA TAU NAMAKU! dan dia memanggilku Vanes. wajar, kami kan sekelas. derita secret admirer, baru gitu aja udah kepedean. aku tak mempedulikan uluran tangannya, aku terlalu bingung harus ngapain.
"iya makasih Tio" ucapku canggung
hening.
"mau lanjut kemana Van?"
"aku ambil design interior di ISI yo" ucapku santai, ternyata memecahkan kecanggungan dengan Tio gampang saja. "kamu lanjut Sutradara ya? keren"
"kamu kok bisa tau aku mau lanjut kesana?"
skak!
"ta-u lah, umm Wina pernah bilang sama aku" bohong. aku ngestalk twitter-mu saat kamu mentionan sama teman SMPmu.
"makasih ya Van"
"thankyou for?" aku bingung, sangat bingung. dia hanya memberikan senyuman yang hangat dari tatapannya yang tulus. lalu pergi. pergi entah sampai kapan kita akan bertemu lagi.

pertemuan singkat. perbincangan singkat. tapi harapan yang panjang. itulah hari terakhir kami bertemu. terakhir aku menutup lembaran di SMA. terakhir aku menjadi secret admirer. dan terakhir untuk berhenti mengagumimu.

***

hari ini hari yang dimana aku tidak berseragam lagi. hari dimana aku akan memulai masa-masa menjadi anak kuliahan, kayaknya asik. teman baru, suasanya baru, semuanya baru. Mom menyiapkan semua yang aku butuhkan dihari pertama, aku sudah menolaknya untuk tidak membantu, bayangkan saja! aku kan sudah Kuliah, bukan anak SMA lagi. tapi tak apalah.

hidupku dibangku kuliah berjalan dengan sangat lancar. oh iya, Wina sekolah Finance di Australia, mau ngelanjutin usaha Ayahnya katanya, jadilah aku disini tanpa Wina bawel disampingku. aku sama Tio juga sering kirim e-mail. what a beautiful day.  seperti sekarang, aku lagi skype-an dengan Tio. tugas kuliah Tio lebih berat dari pada aku, refrensinya bahkan harus dicari sampai ke Bandung, yang harus membuatnya bolak balik Jakarta Bandung. aku tidak pernah ingin untuk mengunjungi kota Metropolitan itu, ya belum tertarik lebih tepatnya.

end chat with Tio.

"asiknya, makin hari makin ada kemajuan nih, mana secret admirer yang sering kamu ceritain dulu?"  jail Leo. ya Leo, sahabatku yang aku punya sekarang. anak arsitektur yang bisa bergaul sama siapa saja. kenapa aku bisa kenal dengan dia? karena ada beberapa tugas yang aku punya ada kaitannya dengan dunia arsitektur, dan seperti yang aku bilang tadi, Leo mudah bergaul dengan siapa aja, jadi beginilah aku sekarang, berteman dengan Leo. bersahabat sih. aku juga ngenalin Wina dengan Leo, guess what? mereka langsung cepat akrab. oh iya, Wina dapat bule Australia, ngeri juga tuh anak, baru beberapa tahun juga.

from: Tio

Send: Vanes


aku lusa pulang ke Jogja. see u...

***

aku makin sibuk. sibuk banget. aku harus menyelesaikan tugas akhirku. jangankan untuk bermain main, untuk tidur saja aku tak punya waktu. Leo pun begitu, walau dia sudah lulus dan memiliki banyak client, kami tetap bertukar pikiran tentang rancangan-rancangan dan design yang ada dipikiran kami masing-masing. sampai pada akhirnya aku mendapatkan gelar S1. aku senang, sangat senang, Leo yang satu angkatan diatasku tentunya sudah tidak perlu lagi mengutak atik rancangan dan membawa kesana kemari untuk dilihatkan kepada dosen pembimbing.
"ini bagus loh rancangannya, dibagian teras ada sedikit kolam kecil, diruang keluarga ada miniatur air mancur, tapi tetap ada sisi elegannya, dibagian belakang ada mini garden, disitulah biasnya keluarga lebih banyak menghabiskan waktunya bersama" tutur Leo menjelaskan segalau detail bentuk dan rancangan rumah yang dia buat digulungan karton miliknya, aku memperhatikan hampir tanpa kedip.
"Le? ini... aku suka rancangan seperti ini. suatu saat, mungkin nanti, aku sesalu berandai memiliki rancangan rumah seperti ini. ya, suatu saat" aku jujur.
"justru itu, kenapa aku buat ini? agar kita bisa memiliki rumah ini bersama-sama. marry me" tatapan itu tulus, teduh. sama seperti aku bertemunya ketika pertama kali meminta bantuan untuk membuat tugas. Leo sahabatku...
"apa kita akan tetap seperti ini jika aku menerima tawaranmu?" tanyaku.
"tidak. aku akan melakukan lebih daripada ini, sebagai kekasih yang menghabiskan sisa usianya bersama pilihannya; kamu" 
"Leo? sejak kapan kau pintar mebuat kata-kata?"
"sejak aku memutuskan untuk memilikimu seutuhnya"  
Leoku...

from: Vanes

send: Tio

ketemuan yok. aku mau cerita

***

"sory sory, telat lama ya? maaf" ucapku asal, aku langsung duduk. dia yang hanya tenang sambil tersenyum memperhatikanku.
"it's okay. aku pesanin Frappuccino ya" dia berlalu dan balik membawa pesananku, pesannannya sih, karna aku belum memutuskan.
"good choose, kok tau aku suka ini?" tanyaku sambil menikmati minuman berkafein ini. dia hanya senyum, lagi lagi senyum. arti senyumnya itu apasih?

"aku mau ngomong sesuatu"
"aku mau cerita" kami mengucapkan kata-kata itu secara bersamaan, kemudian tertawa.
"kamu aja yang ngomong deluan" ucapku mengalah, penasaran juga sih apa yang mau dibicarainnya.
hening
" aku tahu kamu suka memperhatikan aku waktu SMA dulu, aku tahu kamu mencari-cari informasi, menjadi stalker apapun itu tentangku" jujurnya. aku speechless. "apa namanya itu? secret admirer, aku merasa jika ada seseorang, ada gadis, ada teman sekelasku yang menjadi secret admirerku, bahkan ketika aku memiliki kekasihpun, dia masih menjadi secret admirerku. tapi mengapa dia tidak jujur saja ya tentang perasaannya?" kali ini dia menggunakan sudut pandang yang berbeda 
" dia hanya kurang pede, menurutku dia punya prinsip tentang cintanya, bahwa memiliki hubungan status di masa sekolah itu hanya harapan semu. ya, aku juga percaya itu. saat pengumuman kelulusan, aku berusaha mendatanginya dan mengucapkan terimakasih kepadanya, karena apa?"
karena apa Yo karna apa?
"karena ada orang tulus yang berani menyimpan perasaannya untuk orang seperti aku, apakah kamu masih memiliki perasaan itu Van?" tanya Tio
hening
hening
hening
"Vanessa?" 
"itu cuma rasa kagum Yo, buka cinta. itupun juga dulu" jawabku jujur. aku bisa melihat perubahan air muka Tio.
"i love you Van. would you be..."
"thankyou, sorry i can't i will married three month again" 
                                                                                 ***

"penyesalan memang datang terakhir. salahnya manusia adalah; menyia-nyiakan kesempatan yang telah ada, sehingga berujung penyesalan" - @dessypertiwi

Rabu, 05 Maret 2014

Yeeeeeeeeaaaaaaaaaaaaaaaaa~

Dan aku sebenarnya hanya manusia biasa..
Rasa sakit dapat menghujam begitu hebatnya
menyisakan sedikit harapan namun tak bertuan..

Aku tidak berharap aku sempurna, dan aku menyukai diriku yang seperti ini
aku mencintai hidupku, mencintai segala kegiatanku, mencintai mereka semua yang berada disekelilingku.
teorinya, ketika seseorang menghargai kehidupannya apa adanya,, dia merupakan orang paling bahagia di dunia.
Itu teori seorang motivator mungkin. tapi apakah ada yang menyadari bahwa dibalik penghargaan terhadap kehidupan, seseorang mungkin saja merasakan "JENUH"
dan ketika rasa jenuh itu muncul, beribu pertanyaan kemudian berkecamuk di pikiranmu.
"Sampai Kapan?"
aku bahagia, ya. aku mencintai hidupku, ya. dan ketika masalah itu datang aku menganggap itu sebagai batu loncatanku untuk menjadi lebih baik, ya. aku akan selalu mendahulukan pikiran positifku, ya. tapi sampai kapan? aku merasa terlihat lemah di mata orang lain. karena menerima segala sesuatunya dengan apa adanya. itukah? aku salah cara dan itu memang benar. aku salah mengartikan kata menerima. 

semua orang mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. dan setiap kali aku merasa kekurangan aku akan berfikir bahwa masih banyak orang diluar sana yang bahkan tidak dapat merasakan apa yang aku rasakan. tapi kejenuhan itu seringkali datang seperti hantu yang mengganggu keseharianku. aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa, sesuatunya menjadi salah dan tidak tepat. 

Egoku tinggi dan itu aku akui, kekecewaanku terhadap orang-orang disekitar akan sangat terlihat ketika mereka tidak sesuai dengan harapanku. mereka seakan menyakitiku perlahan. hanya karena mereka tahu aku bukan orang yang akan bertindak jauh. mereka meminta maaf, dan aku akan tersenyum. itu berulang, kata maaf menjadi tidak berarti dimataku. semua orang dapat mengucapkan kata maaf semudah itu dihadapanku. meminta maaf atas sesuatu yang mereka tahu, mereka akan mengulangi kesalahan itu lagi. bukankah itu tidak adil? aku menghargai mereka, aku menghormati mereka, tidak pantaskah aku untuk menginginkan mereka sedikit saja mengerti diriku? 

kehidupan tiba-tiba menbuatku muak. aku tertawa tapi entah itu tawa apa. dan yang kulakukan sepanjang hari adalah diam di kamar dan sendiri. Saat itu kesendirian jauh lebih menenangkan. Pada akhirnya, aku merasa teramat sangat kesepian, dengan bodohnya akhirnya aku mengakui aku membutuhkan mereka lebih dari apapun. seburuk apapun itu, aku membutuhkan mereka semua. walaupun dengan kesalahan yang terulang, aku membutuhkan mereka. butuh dan ingin sesuatu yang berbeda,, aku membutuhkan mereka, dan aku menginginkan mereka semua.

Jenuh membuat manusia merasa bahwa kehidupan akan jauh lebih baik ketika kita sendiri. Pada kenyataannya, sejenuh apapun itu, manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Dan kembali lagi, aku hanya manusia biasa. Melakukan kesalahan dan terus hidup. Melanjutkan segala sesuatunya seakan mencari harta berharga di hari esok. 

Bohong ketika aku bilang aku independen, buktinya,, sama seperti bendera. tidak akan berdiri di langit tanpa tiang penyangga. dan aku tidak akan pernah dapat hidup tanpa ada orang lain yang menemani.

Sabtu, 01 Maret 2014

See You Next Time ({})


Aku terbangun, jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 4.00 dan ku tatap layar handphone-ku cukup lama, aku masih mengira bahwa mungkin di saat aku tertidur kau mengirim pesan padaku seperti biasanya, namun ternyata tidak. Ku tatap sekeliling ruang kamarku, masih tertata sama seperti sebelumnya meskipun letak ranjang tidur ku rubah tapi terlihat tetap biasa saja. Aku masih bernafas, jantungku masih berdetak, sarafku masih bekerja dengan normal. Semua masih sama, namun apakah sama dengan yang dirasakan oleh hati ini? Ku rasakan dinginnya pagi ini menusuk tulangku. Ku tarik selimutku untuk menghangatkan tubuhku, namun tetap tak ku temukan kehangatan. Aku justru tenggelam dalam kenanganku bersamanya yang masih sangat membekas dan melekat di hati ini. Aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering ku kejar. Sungguh aku tak pernah ingin mengingat kenangan itu lagi. Rasanya aku ingin mengingatkan padamu, tak semua yang baru bisa menciptakan kebahagiaan, tak semua yang baru selalu lebih baik dari yang lama, dan tak semua kenangan di masa lalu adalah kepedihan. Aku percaya pada hal itu, sampai pada akhirnya kita berpisah. Aku melepaskan diriku dari perasaan cinta yang sebenarnya sulit aku hentikan, dari hubungan yang tak pernah ingin aku akhiri. Perpisahan kita awalnya terkesan seperti putus nyambung kita sebelumnya, yang tak pernah benar-benar serius. Sampai aku merasa, apakah kita benar-benar telah berpisah? Namun aku melihatmu menjalani semua ini dengan begitu mudah, hingga aku menjadi ragu akan kata-katamu dulu. Cinta yang dulunya menjadi alasan utama kita bersama, kini menjadi sesuatu yang semu. Kesemuan itu mendekatkan kita, menyatukan kita dalam rasa yang katanya cinta. Ku jalani hari-hariku bersamamu dan aku bahagia. Bahagia? Benarkah? Jika memang kebahagiaan itu tercipta di saat kita bersama, mengapa mereka menganggap kebersamaan kita akan memperburuk keadaan? Jika canda dan tawa itu hadir di saat kita menjalani hari-hari bersana, mengapa kita memilih berpisah sebagai jalan keluar? Dan mengapa aku dan kamu masih bertanya-tanya..kepada Allah SWT dan kepada hati kita masing-masing? Aku masih merasa gelisah dan mengkhawatirkan dirimu, bahkan aku masih sering mencari-cari kabar tentangmu secara diam-diam. Dan aku masih merasa sakit saat tau sudah ada yang mengisi kekosongan hatimu. Memang, tak seharusnya aku merasa seperti itu karna dirimu adalah masa lalu dan itu sudah menjadi hak mu dan bukan menjadi urusanku. Di saat seperti inilah aku mulai goyah, apakah keputusanku untuk menjauhimu adalah salah. Kini aku hanya bisa mendoakan bahagiamu. Sudah tak terhitung berapa frasa kata yang terucap dalam doaku untukmu. Salahku yang terlalu perasa dan terlalu berharap pada dirimu dan pada kita. Namun kenangan-kenangan itu masih tetap memiliki tempat tersendiri di sudut hati ini yang sedang berusaha menatap ke depan dan meraih impian. Hidupku memang berbeda tanpa adanya dirimu, Aku masih berjuang melupakan sosokmu yang tak bisa lagi ku genggam jemari tanganmu. Semoga kau tetap mempesona dengan lakumu yang sederhana. Tetaplah berprestasi dan menjadi yang terbaik. Sampai bertemu kembali, temui takdirmu, temui aku.. *jika takdirmu memang bersamaku

Hay!!!