Sabtu, 01 Maret 2014

See You Next Time ({})


Aku terbangun, jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 4.00 dan ku tatap layar handphone-ku cukup lama, aku masih mengira bahwa mungkin di saat aku tertidur kau mengirim pesan padaku seperti biasanya, namun ternyata tidak. Ku tatap sekeliling ruang kamarku, masih tertata sama seperti sebelumnya meskipun letak ranjang tidur ku rubah tapi terlihat tetap biasa saja. Aku masih bernafas, jantungku masih berdetak, sarafku masih bekerja dengan normal. Semua masih sama, namun apakah sama dengan yang dirasakan oleh hati ini? Ku rasakan dinginnya pagi ini menusuk tulangku. Ku tarik selimutku untuk menghangatkan tubuhku, namun tetap tak ku temukan kehangatan. Aku justru tenggelam dalam kenanganku bersamanya yang masih sangat membekas dan melekat di hati ini. Aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering ku kejar. Sungguh aku tak pernah ingin mengingat kenangan itu lagi. Rasanya aku ingin mengingatkan padamu, tak semua yang baru bisa menciptakan kebahagiaan, tak semua yang baru selalu lebih baik dari yang lama, dan tak semua kenangan di masa lalu adalah kepedihan. Aku percaya pada hal itu, sampai pada akhirnya kita berpisah. Aku melepaskan diriku dari perasaan cinta yang sebenarnya sulit aku hentikan, dari hubungan yang tak pernah ingin aku akhiri. Perpisahan kita awalnya terkesan seperti putus nyambung kita sebelumnya, yang tak pernah benar-benar serius. Sampai aku merasa, apakah kita benar-benar telah berpisah? Namun aku melihatmu menjalani semua ini dengan begitu mudah, hingga aku menjadi ragu akan kata-katamu dulu. Cinta yang dulunya menjadi alasan utama kita bersama, kini menjadi sesuatu yang semu. Kesemuan itu mendekatkan kita, menyatukan kita dalam rasa yang katanya cinta. Ku jalani hari-hariku bersamamu dan aku bahagia. Bahagia? Benarkah? Jika memang kebahagiaan itu tercipta di saat kita bersama, mengapa mereka menganggap kebersamaan kita akan memperburuk keadaan? Jika canda dan tawa itu hadir di saat kita menjalani hari-hari bersana, mengapa kita memilih berpisah sebagai jalan keluar? Dan mengapa aku dan kamu masih bertanya-tanya..kepada Allah SWT dan kepada hati kita masing-masing? Aku masih merasa gelisah dan mengkhawatirkan dirimu, bahkan aku masih sering mencari-cari kabar tentangmu secara diam-diam. Dan aku masih merasa sakit saat tau sudah ada yang mengisi kekosongan hatimu. Memang, tak seharusnya aku merasa seperti itu karna dirimu adalah masa lalu dan itu sudah menjadi hak mu dan bukan menjadi urusanku. Di saat seperti inilah aku mulai goyah, apakah keputusanku untuk menjauhimu adalah salah. Kini aku hanya bisa mendoakan bahagiamu. Sudah tak terhitung berapa frasa kata yang terucap dalam doaku untukmu. Salahku yang terlalu perasa dan terlalu berharap pada dirimu dan pada kita. Namun kenangan-kenangan itu masih tetap memiliki tempat tersendiri di sudut hati ini yang sedang berusaha menatap ke depan dan meraih impian. Hidupku memang berbeda tanpa adanya dirimu, Aku masih berjuang melupakan sosokmu yang tak bisa lagi ku genggam jemari tanganmu. Semoga kau tetap mempesona dengan lakumu yang sederhana. Tetaplah berprestasi dan menjadi yang terbaik. Sampai bertemu kembali, temui takdirmu, temui aku.. *jika takdirmu memang bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 01 Maret 2014

See You Next Time ({})


Aku terbangun, jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 4.00 dan ku tatap layar handphone-ku cukup lama, aku masih mengira bahwa mungkin di saat aku tertidur kau mengirim pesan padaku seperti biasanya, namun ternyata tidak. Ku tatap sekeliling ruang kamarku, masih tertata sama seperti sebelumnya meskipun letak ranjang tidur ku rubah tapi terlihat tetap biasa saja. Aku masih bernafas, jantungku masih berdetak, sarafku masih bekerja dengan normal. Semua masih sama, namun apakah sama dengan yang dirasakan oleh hati ini? Ku rasakan dinginnya pagi ini menusuk tulangku. Ku tarik selimutku untuk menghangatkan tubuhku, namun tetap tak ku temukan kehangatan. Aku justru tenggelam dalam kenanganku bersamanya yang masih sangat membekas dan melekat di hati ini. Aku ingin tersadar dari bayang-bayang yang terlalu sering ku kejar. Sungguh aku tak pernah ingin mengingat kenangan itu lagi. Rasanya aku ingin mengingatkan padamu, tak semua yang baru bisa menciptakan kebahagiaan, tak semua yang baru selalu lebih baik dari yang lama, dan tak semua kenangan di masa lalu adalah kepedihan. Aku percaya pada hal itu, sampai pada akhirnya kita berpisah. Aku melepaskan diriku dari perasaan cinta yang sebenarnya sulit aku hentikan, dari hubungan yang tak pernah ingin aku akhiri. Perpisahan kita awalnya terkesan seperti putus nyambung kita sebelumnya, yang tak pernah benar-benar serius. Sampai aku merasa, apakah kita benar-benar telah berpisah? Namun aku melihatmu menjalani semua ini dengan begitu mudah, hingga aku menjadi ragu akan kata-katamu dulu. Cinta yang dulunya menjadi alasan utama kita bersama, kini menjadi sesuatu yang semu. Kesemuan itu mendekatkan kita, menyatukan kita dalam rasa yang katanya cinta. Ku jalani hari-hariku bersamamu dan aku bahagia. Bahagia? Benarkah? Jika memang kebahagiaan itu tercipta di saat kita bersama, mengapa mereka menganggap kebersamaan kita akan memperburuk keadaan? Jika canda dan tawa itu hadir di saat kita menjalani hari-hari bersana, mengapa kita memilih berpisah sebagai jalan keluar? Dan mengapa aku dan kamu masih bertanya-tanya..kepada Allah SWT dan kepada hati kita masing-masing? Aku masih merasa gelisah dan mengkhawatirkan dirimu, bahkan aku masih sering mencari-cari kabar tentangmu secara diam-diam. Dan aku masih merasa sakit saat tau sudah ada yang mengisi kekosongan hatimu. Memang, tak seharusnya aku merasa seperti itu karna dirimu adalah masa lalu dan itu sudah menjadi hak mu dan bukan menjadi urusanku. Di saat seperti inilah aku mulai goyah, apakah keputusanku untuk menjauhimu adalah salah. Kini aku hanya bisa mendoakan bahagiamu. Sudah tak terhitung berapa frasa kata yang terucap dalam doaku untukmu. Salahku yang terlalu perasa dan terlalu berharap pada dirimu dan pada kita. Namun kenangan-kenangan itu masih tetap memiliki tempat tersendiri di sudut hati ini yang sedang berusaha menatap ke depan dan meraih impian. Hidupku memang berbeda tanpa adanya dirimu, Aku masih berjuang melupakan sosokmu yang tak bisa lagi ku genggam jemari tanganmu. Semoga kau tetap mempesona dengan lakumu yang sederhana. Tetaplah berprestasi dan menjadi yang terbaik. Sampai bertemu kembali, temui takdirmu, temui aku.. *jika takdirmu memang bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hay!!!