Sabtu, 30 November 2013

Karma : Hukum Sebab Akibat

Oleh : Thubten Chodron

Kelahiran kembali yang akan kita jalani setelah meninggal bergantung pada tindakan kita di masa lampau. Hal ini berkaitan dengan fungsi sebab akibat : karma dan akibatnya. Apa yang kita lakukan menjadi penyebab bagi kondisi kita di masa mendatang, dan kondisi kita saat ini adalah akibat dari perbuatan di masa lampau. Karma berarti tindakan yang mengacu pada tindakan melalui tubuh, ucapan dan batin yang disengaja : apa yang kita lakukan, ucapkan, dan pikirkan. Tindakan-tindakan ini meninggalkan jejak dan kecenderungan dalam aliran batin kita. Saat jejak dan kecenderungan ini berada dalam kondisi yang tepat, mereka akan mempengaruhi apa yang kita alami. Pembahasan tentang karma – tindakan dan akibatnya – sejalan dengan ilmu pengetahuan dan psikologi. Para ahli fisika, kimia dan biologi meneliti hukum sebab akibat dan pengaruhnya pada tingkat fisik. Mereka menyelidiki penyebab terciptanya suatu fenomena dan akibat yang dihasilkan ketika hal-hal tertentu berinteraksi dalam suatu cara yang spesifik. Psikolog mencari penyebab gangguan mental dan akibat yang dihasilkan dari pengobatan tertentu. Agama Buddha juga menyelidiki hukum sebab akibat, namun pada tingkat yang lebih halus yakni pada tingkat mental bukan fisik. Agama Buddha juga membahas hukum sebab akibat sepanjang rangkaian kehidupan. Kenyataan bahwa pengalaman hidup kita merupakan hasil dari tindakan kita bukanlah suatu sistem penghargaan dan hukuman. Ketika bunga tumbuh dari bibit, hal itu bukanlah suatu sistem penghargaan atau hukuman bagi bibit. Hanya merupakan akibat semata. Sama halnya ketika tindakan kita membawa kita pada kondisi kehidupan di masa mendatang, ini adalah akibat dari tindakan kita, bukan karena penghargaan atau hukuman. Buddha tidak membuat firman atau daftar pelanggaran yang akan mendapatkan hukuman. Buddha tidak berharap kita mengalami penderitaan, sehingga tidak akan menilai atau menghukum kita. Pengalaman kita yang tidak menyenangkan terjadi akibat perbuatan kita sendiri. Buddha juga tidak menciptakan sistem sebab akibat atau karma, beliau menjelaskan apa yang dilihatnya dengan jelas setelah melenyapkan semua gangguan dari aliran batinnya. Kita mungkin berpikir tidak adilnya kehidupan dimasa kini adalah akibat apa yang kita lakukan di masa lampau. Namun hal ini sesungguhnya tidak berkaitan dengan isu “adil” ataupun “tidak adil”. Kita tidak menyebutnya “tidak adil” ketika suatu objek jatuh ke bawah dan bukan ke atas, karena kita tahu bahwa tidak ada seorang pun yang menciptakan gravitasi. Gravitasi bukanlah sikap pilih kasih orang tertentu. Itu hanyalah hal yang bekerja secara alamiah. Sama hal nya tidak seorang pun membuat aturan bahwa jika kita menyakiti orang lain saat ini, maka kita akan mendapatkan masalah di masa mendatang. Hal ini secara alamiah terjadi sebagai akibat dari suatu penyebab. Karena kita menciptakan sebab, maka kita akan mendapatkan akibat. Buddha tidak dapat meraih batin kita dan mengubahnya. Jika Buddha mampu melakukannya, beliau pasti telah melakukannya karena kasih sayangnya yang tanpa batas. Para guru kita dapat mengajarkan alfabet, namun kita sendiri juga harus mempelajarinya. Mereka tidak dapat belajar mewakili kita. Keindahan potensi manusia terletak pada tanggung jawab kita terhadap pengalaman hidup kita sendiri. Saat hidup di masa sekarang, kita menciptakan masa depan kita. Kita memiliki kemampuan untuk menentukan diri kita dan apa yang terjadi pada kita, serta memastikan kebahagiaan bagi diri kita dan orang lain. Kita perlu mengambil tanggung jawab dan menggunakan kemampuan ini untuk mewujudkannya. Dengan menerima bahwa masalah kita berkaitan dengan perbuatan destruktif di masa lampau bukan berarti kita menjadi pasif dalam menghadapi situasi yang membahayakan. Jika kita dapat melakukan sesuatu untuk mencegah atau membenahi situasi yang buruk, kita harus melakukannya! Namun, mengingat bahwa kemalangan ini akibat perbuatan buruk kita, maka kita tidak menjadi marah atau berperang dengan orang lain untuk memperbaiki keadaan. Perbuatan kita juga mempengaruhi tipe tubuh kita saat terlahir di kehidupan mendatang. Perbuatan baik akan memberikan kelahiran kembali yang nyaman, sedangkan perbuatan buruk membawa ketidaknyamanan. Perbuatan baik kita di masa lampau menarik aliran batin kita sehingga terlahir sebagai manusia dengan kondisi yang baik. Sama halnya jika seseorang berlaku buruk, maka jejak yang buruk ini akan menetap dalam aliran batinnya. Pada saat kematian, bila ia meninggal dengan begitu banyak kemelekatan, maka hal ini akan memungkinkan perbuatan buruknya memberikan akibat. Batinnya akan tertarik pada sebuah bentuk kehidupan yang menyedihkan. Karena penyebab perbuatannya buruk, maka hasilnya adalah kelahiran kembali yang malang. Perbuatan kita sebelumnya akan mempengaruhi peristiwa yang kita alami sepanjang kehidupan. Misalnya, bila kita murah hati dalam satu kehidupan maka kita akan mengalami kesejahteraan dalam kehidupan mendatang. Jika kita mencuri, maka kita akan mengalami kondisi ekonomi yang sulit dalam kehidupan mendatang. Dengan menjaga kesadaran terhadap hal tersebut dapat membantu kita memiliki perspektif yang lebih luas tentang alasan di balik peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbuatan kita yang dulu juga mempengaruhi karakterisitik kepribadian kita. Seseorang yang memiliki kebiasaan mengkritik dan menyakiti orang lain akan dengan mudah melakukannya lagi dalam kehidupan mendatang. Seseorang yang melatih batinnya dengan cinta kasih dan welas asih akan cenderung membawa sifat tersebut di masa mendatang. Beberapa sikap dan reaksi secara otomatis muncul dalam diri kita. Misalnya, sebagian orang mudah tersinggung. Yang lain lagi secara alami begitu memperhatikan orang lain. Kebiasaan yang beragam ini terjadi karena kita telah mengenal pikiran dan perbuatan sejenis di masa lampau. Walaupun kita terpengaruh dengan kecenderungan kebiasaan negatif di masa lampau, namun kebiasaan ini dapat diubah dan diperbaharui, kebiasaan yang positif dapat dikembangkan untuk menggantikannya. Memupuk kegiatan yang positif memberikan keuntungan. Dengan cara ini, kita dapat membentuk kepribadian dan mengembangkan karakter kita. Pada akhirnya, perbuatan kita mempengaruhi lingkungan tempat kita terlahir. Dalam beberapa tahun belakangan ini, orang menjadi lebih sadar akan pengaruh perbuatan kita terhadap lingkungan. Jika kita menyakiti lingkungan untuk kepentingan yang egois, maka kita akan menyakiti diri sendiri. Keserakahan untuk mendapatkan keuntungan lebih membawa manusia bertindak merusak lingkungan kita secara langsung. Menghargai kehidupan akan mengarahkan kita pada pengendalian dan akhirnya menciptakan suatu tempat tinggal yang menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 30 November 2013

Karma : Hukum Sebab Akibat

Oleh : Thubten Chodron

Kelahiran kembali yang akan kita jalani setelah meninggal bergantung pada tindakan kita di masa lampau. Hal ini berkaitan dengan fungsi sebab akibat : karma dan akibatnya. Apa yang kita lakukan menjadi penyebab bagi kondisi kita di masa mendatang, dan kondisi kita saat ini adalah akibat dari perbuatan di masa lampau. Karma berarti tindakan yang mengacu pada tindakan melalui tubuh, ucapan dan batin yang disengaja : apa yang kita lakukan, ucapkan, dan pikirkan. Tindakan-tindakan ini meninggalkan jejak dan kecenderungan dalam aliran batin kita. Saat jejak dan kecenderungan ini berada dalam kondisi yang tepat, mereka akan mempengaruhi apa yang kita alami. Pembahasan tentang karma – tindakan dan akibatnya – sejalan dengan ilmu pengetahuan dan psikologi. Para ahli fisika, kimia dan biologi meneliti hukum sebab akibat dan pengaruhnya pada tingkat fisik. Mereka menyelidiki penyebab terciptanya suatu fenomena dan akibat yang dihasilkan ketika hal-hal tertentu berinteraksi dalam suatu cara yang spesifik. Psikolog mencari penyebab gangguan mental dan akibat yang dihasilkan dari pengobatan tertentu. Agama Buddha juga menyelidiki hukum sebab akibat, namun pada tingkat yang lebih halus yakni pada tingkat mental bukan fisik. Agama Buddha juga membahas hukum sebab akibat sepanjang rangkaian kehidupan. Kenyataan bahwa pengalaman hidup kita merupakan hasil dari tindakan kita bukanlah suatu sistem penghargaan dan hukuman. Ketika bunga tumbuh dari bibit, hal itu bukanlah suatu sistem penghargaan atau hukuman bagi bibit. Hanya merupakan akibat semata. Sama halnya ketika tindakan kita membawa kita pada kondisi kehidupan di masa mendatang, ini adalah akibat dari tindakan kita, bukan karena penghargaan atau hukuman. Buddha tidak membuat firman atau daftar pelanggaran yang akan mendapatkan hukuman. Buddha tidak berharap kita mengalami penderitaan, sehingga tidak akan menilai atau menghukum kita. Pengalaman kita yang tidak menyenangkan terjadi akibat perbuatan kita sendiri. Buddha juga tidak menciptakan sistem sebab akibat atau karma, beliau menjelaskan apa yang dilihatnya dengan jelas setelah melenyapkan semua gangguan dari aliran batinnya. Kita mungkin berpikir tidak adilnya kehidupan dimasa kini adalah akibat apa yang kita lakukan di masa lampau. Namun hal ini sesungguhnya tidak berkaitan dengan isu “adil” ataupun “tidak adil”. Kita tidak menyebutnya “tidak adil” ketika suatu objek jatuh ke bawah dan bukan ke atas, karena kita tahu bahwa tidak ada seorang pun yang menciptakan gravitasi. Gravitasi bukanlah sikap pilih kasih orang tertentu. Itu hanyalah hal yang bekerja secara alamiah. Sama hal nya tidak seorang pun membuat aturan bahwa jika kita menyakiti orang lain saat ini, maka kita akan mendapatkan masalah di masa mendatang. Hal ini secara alamiah terjadi sebagai akibat dari suatu penyebab. Karena kita menciptakan sebab, maka kita akan mendapatkan akibat. Buddha tidak dapat meraih batin kita dan mengubahnya. Jika Buddha mampu melakukannya, beliau pasti telah melakukannya karena kasih sayangnya yang tanpa batas. Para guru kita dapat mengajarkan alfabet, namun kita sendiri juga harus mempelajarinya. Mereka tidak dapat belajar mewakili kita. Keindahan potensi manusia terletak pada tanggung jawab kita terhadap pengalaman hidup kita sendiri. Saat hidup di masa sekarang, kita menciptakan masa depan kita. Kita memiliki kemampuan untuk menentukan diri kita dan apa yang terjadi pada kita, serta memastikan kebahagiaan bagi diri kita dan orang lain. Kita perlu mengambil tanggung jawab dan menggunakan kemampuan ini untuk mewujudkannya. Dengan menerima bahwa masalah kita berkaitan dengan perbuatan destruktif di masa lampau bukan berarti kita menjadi pasif dalam menghadapi situasi yang membahayakan. Jika kita dapat melakukan sesuatu untuk mencegah atau membenahi situasi yang buruk, kita harus melakukannya! Namun, mengingat bahwa kemalangan ini akibat perbuatan buruk kita, maka kita tidak menjadi marah atau berperang dengan orang lain untuk memperbaiki keadaan. Perbuatan kita juga mempengaruhi tipe tubuh kita saat terlahir di kehidupan mendatang. Perbuatan baik akan memberikan kelahiran kembali yang nyaman, sedangkan perbuatan buruk membawa ketidaknyamanan. Perbuatan baik kita di masa lampau menarik aliran batin kita sehingga terlahir sebagai manusia dengan kondisi yang baik. Sama halnya jika seseorang berlaku buruk, maka jejak yang buruk ini akan menetap dalam aliran batinnya. Pada saat kematian, bila ia meninggal dengan begitu banyak kemelekatan, maka hal ini akan memungkinkan perbuatan buruknya memberikan akibat. Batinnya akan tertarik pada sebuah bentuk kehidupan yang menyedihkan. Karena penyebab perbuatannya buruk, maka hasilnya adalah kelahiran kembali yang malang. Perbuatan kita sebelumnya akan mempengaruhi peristiwa yang kita alami sepanjang kehidupan. Misalnya, bila kita murah hati dalam satu kehidupan maka kita akan mengalami kesejahteraan dalam kehidupan mendatang. Jika kita mencuri, maka kita akan mengalami kondisi ekonomi yang sulit dalam kehidupan mendatang. Dengan menjaga kesadaran terhadap hal tersebut dapat membantu kita memiliki perspektif yang lebih luas tentang alasan di balik peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbuatan kita yang dulu juga mempengaruhi karakterisitik kepribadian kita. Seseorang yang memiliki kebiasaan mengkritik dan menyakiti orang lain akan dengan mudah melakukannya lagi dalam kehidupan mendatang. Seseorang yang melatih batinnya dengan cinta kasih dan welas asih akan cenderung membawa sifat tersebut di masa mendatang. Beberapa sikap dan reaksi secara otomatis muncul dalam diri kita. Misalnya, sebagian orang mudah tersinggung. Yang lain lagi secara alami begitu memperhatikan orang lain. Kebiasaan yang beragam ini terjadi karena kita telah mengenal pikiran dan perbuatan sejenis di masa lampau. Walaupun kita terpengaruh dengan kecenderungan kebiasaan negatif di masa lampau, namun kebiasaan ini dapat diubah dan diperbaharui, kebiasaan yang positif dapat dikembangkan untuk menggantikannya. Memupuk kegiatan yang positif memberikan keuntungan. Dengan cara ini, kita dapat membentuk kepribadian dan mengembangkan karakter kita. Pada akhirnya, perbuatan kita mempengaruhi lingkungan tempat kita terlahir. Dalam beberapa tahun belakangan ini, orang menjadi lebih sadar akan pengaruh perbuatan kita terhadap lingkungan. Jika kita menyakiti lingkungan untuk kepentingan yang egois, maka kita akan menyakiti diri sendiri. Keserakahan untuk mendapatkan keuntungan lebih membawa manusia bertindak merusak lingkungan kita secara langsung. Menghargai kehidupan akan mengarahkan kita pada pengendalian dan akhirnya menciptakan suatu tempat tinggal yang menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hay!!!