Rasanya menarik untuk membayangkan, apa yang ingin saya sampaikan pada diri saya di masa depan. Apalagi mengingat kalau saya seringnya merasa malu saat membaca tulisan saya di masa lampau. Sering juga sih melihat tulisan saya yang lama dan berasa,’Aih, ternyata saya romantis,ya!’ #jangandijitak
Surat ini saya buat untuk diri saya di 10 tahun mendatang. Sampai saat ini, saya masih bingung mau bilang apa ke diri saya di 10 tahun mendatang. Jadi, dibiarkan mengalir apa adanya aja dan semoga saja saya tidak menyesal membacanya 10 tahun setelah ini.
(*)
Dear Mr. Bagus Adjie,
Aku ingin meminta maaf padamu atas semua kesalahanku jika tindakanku di masa lalu dan kini membuat kau susah… Lihatlah betapa berat tugas yang ku pikulkan untukmu di masa depan…tapi janganlah semua itu kau anggap beban…jadikan semua itu terlihat sederhana…
Sesederhana niatmu membahagiakan mereka…keluargamu dan orang2 yang kau sayangi… tapi aku yakin kau adalah orang yang kuat dan mampu melalui semua masalah dengan izinNya…
Saat kau membaca ini…aku harap kau telah bersama dengan seseorang yang kau cintai karena Allah…yang membuatmu bahagia dan mampu mendorongmu menjadi pribadi yang baik di masa depan…seperti yang selalu terlantun dalam harap dan doamu ketika kau sujud dan menengadahkan tangan di hadapanNya…
Ku mohon jaga mereka dengan segenap usahamu…bahagiakan mereka setiap waktu…bimbing mereka ke jalan hidayahNya karena kau adalah pemimpin mereka…jadilah bijaksana…
Kalau begitu, gimana kalau sekarang saya tulis aja, apa yang saya harapkan untuk dapat dicapai dalam waktu 10 tahun? Meniru Bapak Pembangunan, saya akan membuat REALITA alias Rencana Aksi 10 Tahun alias rencana apa yang akan saya capai dalam waktu 10 tahun. Singkatannya maksa? Biarin.
That is why, saya berharap bahwa saya di 10 tahun yang akan datang sudah bisa menemukan orang yang bisa membuat saya percaya dengan kekuatan cinta. Semoga, Mr. Bagus Adjie (mulai dari sini saya akan menyebutmu demikian, wahai diri saya di masa depan) sudah bertemu dengan pasangan yang tepat tersebut.
Dan, meski pun ternyata kamu masih belum bisa menemukannya, no worries. At least, tetaplah percaya bahwa tidak akan ada orang yang sempurna untuk menjadi pasanganmu. Tapi, bukan berarti bahwa kamu harus merendahkan diri dan menerima ‘siapa saja’ untuk menjadi pasangan. Cinta bisa menunggu, kesalahan tidak. You know what I mean, right? ;)
Saya juga mau mengingatkan ke kamu kalau kamu tidak pernah sendirian. Selalu ingat bahwa kamu masih berada di dunia, setidaknya pada hari aku menulis surat ini, 26 Januari 2014, karena kamu sangat dikasihi. Oleh Tuhan, oleh keluargamu dan oleh teman-temanmu.
10 tahun dari sekarang, kalau kamu masih berkesempatan membaca surat ini (hey, kita kan enggak pernah tahu umur manusia!) jangan pernah bosan untuk bersyukur atas waktu yang kamu punya.
Selalu ingat bahwa tanpa pertolongan Tuhan, kamu mungkin tidak bisa membaca surat ini. Bahkan, saya mungkin tidak bisa menuliskan surat ini untukmu, Mr. Bagus Adjie.
Setiap kamu merasa sendiri, ingatlah bahwa hidupmu adalah bukti nyata, kamu tidak pernah sendirian dan betapa besar Tuhan mengasihi kamu.
Ingat bagaimana kamu pernah meminta agar Tuhan menghentikan perjuanganmu. Ingat bagaimana kau tersadar bahwa kau perlu terus berjuang agar kamu bisa membalas cinta dari keluargamu yang tak pernah berhenti berharap, bahkan saat harapan itu sendiri seolah menjauh. Ingat bahwa kau pernah merasa bersyukur karena meski kau menderita, kau punya keluarga yang selalu mendukungmu.
Hidup tidak akan pernah menjadi mudah. Kita yang harus menjadi kuat. Dan, kita memang akan kuat karena iman, pengharapan dan kasih yang kita punya.
Make me proud, Mr. Bagus Adjie.
Masa lalu bukanlah suatu hal yang harus disesalkan, tetapi untuk menjadi pembelajaran. Jangan berusaha mengubah masa lalu, ciptakanlah masa depan sesuai dengan harapanmu.
Cheers!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar